Dousei (Cohabitation)
Seperti yang kita ketahui, Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia yang kuat dalam mempertahankan tradisi ketimurannya. Gak heran ipteknya makin maju tapi budaya, tradisi, dan kebiasaan leluhurnya masih eksis. Meskipun begitu, gak sedikit pola pikir atau pola hidup barat mempengaruhi orang Jepang. Salah satu contohnya yaitu dousei (同棲). Pernah dengar istilah ini? Nah, di artikel ini kita akan jadi tau seputar dousei.
Kalau kita lihat kanji 同棲 (dousei) yang terdiri dari 同じ yang berarti ‘sama’ dan 棲 yang berarti ‘habitat’ atau ‘tempat tinggal’, bisa kita terjemahkan bahwa dousei adalah berhabitat sama atau bertempat tinggal sama. Dalam konteks kehidupan di Jepang, dousei merujuk pada pola hidup di mana dua orang Jepang yang belum menikah tinggal di tempat yang sama. Kalau dalam bahasa Inggris disebut cohabitat, kalau orang Indonesia biasa menyebutnya kumpul kebo, Apakah banyak orang Jepang yang melakukan dousei? Berdasarkan data yang diperoleh dari http://zexy.net/mar/edit/honne/vol54.html, persentase orang Jepang yang melakukan dousei sebelum menikah, lamanya dousei, dan informasi seputar dousei terlihat pada penjelasan berikut. Meskipun itu bukan data terbaru, setidaknya bisa tau gambaran dousei di Jepang saat ini.
- Persentase orang Jepang yang melakukan dousei sebelum menikah
img source : http://livedoor.blogimg.jp |
Berdasarkan beberapa data yang dikutip dari , ternyata kurang lebih 70% orang Jepang melakukan dousei atau berencana untuk dousei sebelum nikah. Waw, angka yang besar. Jadi, kayaknya udah gak aneh kalau orang Jepang yang udah dewasa waktu pacaran memilih tinggal bareng sebelum nikah. Kalau mau coba di Indonesia udah digebuk sama warga nih. Haha.
- Lamanya dousei
img source : https://mansionmarket-lab.com |
Berdasarkan waktunya, ada orang Jepang yang melakukan dousei sebentar ada juga yang lama. Sekitar 10% orang Jepang yang melakukan dousei tinggal bersama pacarnya 1 sampai 2 bulan, sekitar 20% 3 sampai 6 bulan, sekitar 30% 6 bulan, dan sekitar 35% 1 tahun lebih. Ternyata yang paling banyak adalah yang durasinya lama. Hmm, mungkin bagi mereka masa dousei dijadikan ajang trial pranikah. Tapi, lama juga ya trial-nya.
- Tipe dousei
img source : https://coemi.jp/ |
Tipe dousei ada beberapa macam. Ada tipe pacar tinggal di tempat tinggal cowoknya, ada yang tinggal di tempat tinggal ceweknya, ada yang tinggal di tempat baru, ada yang separuh dousei. Tipe separuh dousei maksudnya kadang tinggal bareng sama pacarnya, kadang di tempat tinggal sendiri. Tapi di antara tipe-tipe itu, yang paling banyak dipilih adalah tipe yang memilih tinggal di tempat baru. Baik si cowok maupun si cewek nyari tempat tinggal baru yang muat buat mereka berdua dan akhirnya mereka hidup bareng meski belum jadi suami-istri. Kalau di kita, jangankan tinggal bareng sama pacar. Nyari tempat tinggal bareng sama pacar buat diisi berdua udah kerasa tegang luar biasa. Kecuali, kalau mau sewa kontrakkan dan bilang ke yang punya kontrakkan, “Pak/Bu, kami lagi nyari kontrakkan buat kami berdua. Soalnya bulan depan kami mau nikah jadi butuh tempat tinggal yang muat buat kami berdua.” Jadi, ketauan kalau nanti yang tinggal di situ adalah suami-istri. Tapi kalau bohong mau nikah tapi eh malah keasikan pacaran dan tinggal serumah? Silakan dibayangkan masing-masing. Hahaha.
- Alasan dousei
img source : https://d4w9i1j5cm7ll.cloudfront.net |
Ada beberapa alasan orang Jepang melakukan dousei seperti ingin tinggal bersama partner dalam waktu yang lama, ingin memahami partner lebih dalam sebelum nikah, hemat biaya, tergantung kondisi darurat kerjaan, dll. Alasan yang paling banyak adalah ingin tinggal bersama partner dalam waktu yang lama. Kenapa gak langsung nikah aja, ya? Padahal sepanjang hayat tinggal bareng orang terkasih. Hehe.
- Persentase dukungan keluarga terhadap dousei
img source : http://rakukon.com |
Nah, persentase dukungan keluarga terhadap dousei di luar dugaan cukup banyak. Sekitar 50% orang yang melakukan dousei disetujui keluarganya. Wow, banyak kan. Udah kaya orang barat. Terus, sekitar 20% sebagian disetujui sebagian tidak oleh keluarganya, sekitar 3% meskipun ditentang keluarga tapi tetap maju dousei pantang mundur, sekitar 10% lapor kalau mereka dousei setelah tinggal bareng. Yang 10% ini tipikal “Ah, daripada bilang-bilang ke orang tua ntar diceramahin. Mendingan dousei dulu, ntar kalau kita bahagia, palingan ortu juga manggut-manggut seneng”. Kalau di Indonesia, dousei dulu terus laporan meskipun sukses bikin si pacar seneng dan bahagia, orang tua udah siap-siap pasang kuda-kuda buat ngehajar anak cowoknya dan nyeramahin anak ceweknya selama 7 hari 7 malem.
- Persentase orang Jepang yang menyarankan untuk dousei
img source : https://cdn2.mynvwm.com |
Terakhir, kira-kira banyak gak orang Jepang yang menyarankan temennya untuk dousei? Kalau 50 % keluarga bilang setuju anaknya dousei, logikanya temennya apalagi. Yap, sekitar 65% orang Jepang merekomendasikan ke temannya yang mau nikah untuk dousei dulu. Yang jawab ragu-ragu sekitar 29%, dan sisanya tidak merekomendasikan.
Nah, ternyata modernitas di Jepang bukan cuma mempengaruhi ilmu pengetahuan dan teknologi aja tapi juga pola pikir dan pola hidup mereka. Kalau di Eropa dan Amerika Serikat cohabitat sudah biasa, di Jepang pun ternyata sama. Tapi balik lagi, orang-orang Jepang kebanyakan memang gak beragama. Jadinya, mereka gak berpikir itu dosa. Di sisi lain, mereka melakukan dousei pun kayanya udah siap buat bertanggung jawab kalau ada apa-apa. Nah, kalau kita?
Daripada kita mendapat banyak pertentangan dari keluarga, warga, dkk, mendingan kita memilih untuk tinggal bareng dengan pasangan setelah menikah. Kalau berdasarkan agama, jelas gak usah diperdebatkan lagi bahwa tinggal bareng pasangan harus setelah nikah. Karena gak sedikit di Jepang pun yang waktu dousei bahagia eeh setelah nikah beda. Karena hak dan kewajiban sebelum nikah (waktu dousei) dan setelah nikah beda. Jadi, itu bisa memicu percekcokan di rumah tangga. Malah di Indonesia gak sedikit yang pacarannya bentar, tinggal di masing-masing rumahnya, nikahnya cepet, eh malah lebih bahagia. Bahkan ada yang gak pacaran, cuma kenal seminggu, langsung nikah, langsung bahagia. Haha…
Tapi, sebelum mikirin nikah, udah ada calonnya belum nih? Heu heu…
cover img source : happydousei.net
No comments: