Orang Jepang terhadap Puasa pada Bulan Ramadan
Beda negara beda juga pandangan hidupnya. Kebanyakan dari kita beranggapan bahwa mayoritas orang Jepang beragama Shinto dan Buddha. Anggapan itu memang bener tapi gak seratus persen. Kalau kita tanya mereka agamanya apa, mereka lebih mengaku dirinya seorang mushuukyou (tak beragama). Maksudnya, mereka cenderung menjadikan ritual agama karena sudah menjadi tradisi atau kebiasaan. Misalnya, ketika nikah banyak yang melakukannya dengan ritual Shinto, Kristen atau Katolik, tapi saat upacara pemakaman banyak yang memilih dengan cara Buddha. Waktu mau ikut ujian sekolah atau ujian masuk perguruan tinggi berdoa di kuil Shinto, sedangkan waktu mendoakan orang yang meninggal berdoa di kuil Buddha.
source : http://2.bp.blogspot.com/ |
Di Indonesia bisa dibilang agama sangat esensial meski Indonesia bukanlah negara agama atau negara berdasarkan agama. Tapi kedudukan agama di Indonesia sangat ditinggikan. Terbukti Pancasila aja memposisikan Tuhan paling atas. Jadi, gak aneh kalau orang Indonesia cenderung menjadikan agama sebagai landasan atau jalan hidup, ritual agama dijadikan tradisi, bahkan menjadi identitas diri sebagian besar suku bangsanya. Misalnya, suku bangsa Aceh dan Minang pasti muslim, kalo gak muslim itu dianggap aneh. Sama dengan suku bangsa Batak dan Minahasa itu pasti Kristen, kalo gak, dianggap aneh juga.
Bertanya soal agama kepada orang Jepang pastinya sesuatu yang sangat privasi tapi bukan hal yang mustahil untuk ditanyakan. Paling penting untuk menjalin relasi dengan mereka adalah mau mengikuti step untuk masuk ke dalam pertemanan dengan mereka. Kalo orang Jawa sering bilang, "alon-alon asal kelakon". Harus pelan-pelan, dimulai perkenalan diri, hindari pertanyaan atau basa-basi yang menjurus ke arah hal-hal yang mereka anggap privasi, buat mereka nyaman dengan kita sampe kita jadi orang yang dipercaya. Nah, kalo udah gitu, orang Jepang cenderung mau menjawab hal-hal yang kita anggap penasaran. Pastinya, bertanyanya harus sopan.
Bertanya soal agama kepada orang Jepang pastinya sesuatu yang sangat privasi tapi bukan hal yang mustahil untuk ditanyakan. Paling penting untuk menjalin relasi dengan mereka adalah mau mengikuti step untuk masuk ke dalam pertemanan dengan mereka. Kalo orang Jawa sering bilang, "alon-alon asal kelakon". Harus pelan-pelan, dimulai perkenalan diri, hindari pertanyaan atau basa-basi yang menjurus ke arah hal-hal yang mereka anggap privasi, buat mereka nyaman dengan kita sampe kita jadi orang yang dipercaya. Nah, kalo udah gitu, orang Jepang cenderung mau menjawab hal-hal yang kita anggap penasaran. Pastinya, bertanyanya harus sopan.
source : mainichi.jp |
Dari sekian orang Jepang yang pernah saya tanya, sedikit orang Jepang yang tau soal Islam apalagi puasa. Kecuali orang Jepang yang pernah tinggal di Indonesia, senang dengan budaya dan bahasa Indonesia, atau punya temen orang Indonesia. Pernah nanya ke orang Jepang waktu dulu di Jepang, "Apakah Bapak tahu kalau bulan ini adalah bulan Ramadan dan muslim harus puasa selama sebulan?". Terjemahannya jadi bahasa Indonesia formal soalnya orang Jepangnya bapak-bapak dan nanyanya pake bahasa Jepang sopan. heu heu... Lalu orang Jepangnya jawab, "Gak tau. Wah, puasa sebulan, ya. Itu untuk apa berpuasa selama sebulan?". Karena orang Jepang cenderung berpikir logis, jadi jawabannya harus mendekati logika juga. Waktu itu saya jawab, "selama ini kan kita makan apa saja. banyak makanan dan minuman yang tidak bergizi kita masukkan ke dalam perut. dengan berpuasa organ-organ dalam tubuh kita diharapkan bisa berfungsi dengan normal. kemudian, di dunia ini masih banyak orang miskin dan kelaparan seperti orang-orang di Afrika. dengan berpuasa harapannya empati kita kepada mereka makin tumbuh dan makin bersyukur atas pemberian Tuhan yang telah mencukupkan makanan dan minuman yang diberikan kepada kita". Denger jawaban gitu, beliau responsnya, "oh, bagus, ya puasa itu. memang banyak orang yang gak mikirin orang-orang yang kelaparan dan gak bersyukur udah dapet banyak kenikmatan". Setelah mendengar jawaban dari orang Jepang itu, makin tenang buat berpuasa selama Ramadan di Jepang karena di Jepang gak ada intimidasi untuk melarang puasa. Kecuali orang yang bekerja di pabrik dan membutuhkan energi ekstra. Gak sedikit info yang menyatakan bahwa orang Jepang melarang muslim yang bekerja di pabrik di Jepang puasa. Ya, baik sangka aja. Bukan melarang beribadah tapi mereka gak mau ibadah itu malah memberikan risiko atau dampak buruk kepada pekerjaan dan orang sekitarnya.
source : http://pbs.twimg.com/ |
Bagaimana dengan orang Jepang yang berada di Indonesia? Akan beda lagi jawabannya. Orang Jepang yang berada di Indonesia pun punya beragam opini. Hal itu wajar karena tempat atau kota di mana mereka tinggal pun berbeda. Tapi, dari beberapa orang Jepang yang tinggal di Indonesia dan pernah saya temui, mereka sangat respek terhadap orang yang berpuasa. Misalnya, gak makan di depan yang berpuasa atau makan di tempat yang gak ada orangnya, atau makanannya di bawa pulang dan dimakan di rumah, malah ada juga yang ikut puasa. Heu heu... Memang suka nemuin orang Jepang yang unik, tapi jadi makin respek sama mereka karena mereka respek juga sama yang berpuasa.
Inti dari tulisan ini adalah masih banyak orang Jepang yang gak paham dengan Islam terutama soal puasa wajib di bulan Ramadan. Tapi itu jadi tantangan buat muslim untuk membuat paham mereka dan membuat mereka paham mengapa muslim begitu rajin menjalankan ibadah puasa. Kemudian, dapet pelajaran juga waktu ngelihat orang Jepang yang ada di Indonesia dan berhadapan dengan orang yang berpuasa. Pelajarannya adalah bagi yang berpuasa jangan memaksakan mereka untuk ikut berpuasa dan yang gak berpuasa harus menghargai yang berpuasa. Dalam bahasa Jepang ini disebut sougo rikai atau 'saling memahami' dalam bahasa Indonesia. Kan kalo udah saling memahami tercipta harmoni. Chihuy.
source : satriodjawi.files.wordpress.com |
Jadi, kata kuncinya adalah sougo rikai. Sougo rikai menciptakan harmoni. Mari kita jadikan Ramadan sebagai ajang untuk meningkatkan rasa saling memahami dan saling menghargai. Kalau saling mencintai? Ya, boleh banget. Saling mencintai sesama makhluk Tuhan. B-)
No comments: